Lagu-lagu balada lirih yang melantun lembut bukanlah sesuatu hal yang aneh. Fix You
(2005) masih merupakan salah satu lagu terbaik mereka di departemen
ini. Dan dalam Ghost Stories, lagu-lagu sejenis akan banyak ditemui.
Tapi satu yang menjadi catatan, semenjak Mylo Xyloto juga, Coldplay juga
sangat akrab dengan gerak elektronika dan itu semain dipertegas dalam
album ini.
Gelagat tersebut dapat ditemui dalam
track Magic, Dengan ritme dan beat yang terdengar sangat nge-pop namun
memfungsikan ambient sebagai balutan, Magic mungkin akan terdengar
bergerak jauh dari akar Coldplay, meski tetap saja anthemic sound yang
menjadi ciri khas Coldplay masih tetap dipercayakan untuk membalur
lagunya. Beat EDM ringan mungkin merupakan tanggung jawab produser asal
Perancis, Madeon, yang selama ini dikenal dengan usungan
Electro-house-nya.
Tentunya ada Midnight, dimana musisi
elektronika/EDM, Jon Hopkins, berperan sebagai salah satu produser.
Dengan ambient yang kental, ditambah lagi penggunaan vocoder oleh Chris
Martin dalam menyanyikan lagunya. Lagu “minimalis” ini justru terdengar
kompleks dari segi audio dan penggunaan instrumen.
Belum lagi kolaborasi antara Coldplay
dengan salah satu DJ yang tengah naik daun, Avicii, dalam track A Sky
Full of Stars. Sungguh mengejutkan. Atau bukan? Melalui track ini
Coldplay pun akhirnya terjun juga dalam gemerlap EDM. Dengan hadirnya
Avicii, jelas Progressive House merupakan balutan utama A Sky Full of
Stars, sementara piano menjadi jiwanya. Tapi dentuman EDM yang
menghentak mau tidak mau pun mencuri perhatian. Tapi jika Coldplay
mengerjakan lagu EDM, mungkin seperti inilah memang contohnya.
Namun, seperti disebutkan di atas,
balada lirihlah yang memenuhi album secara mutlak. Dan itu sudah
ditandai dengan track pembuka, Always In My Head. Track ini mungkin
salah satu lagu yang mengandalkan instrumen organis yang ada dalam Ghost
Stories dan mengingatkan akan lagu-lagu Coldplay di awal karir mereka.
Ini menjadi penting, karena dengan
penggunaan instrumen elektronika yang ekstensif, maka fungsi Jonny
Buckland sebagai gitaris dan Will Champion sebagai penggebuk drum
menjadi sedikit terpinggirkan, meski kini bass yang diusung oleh Guy
Berryman terdengar lebih ekspresif. Nah, dalam Always In My Head,
kolaborasi mereka dapat terjalin dengan cukup padu.
Ada Timbaland yang membantu mengisi
segmen drum dalam track True Love, sehingga sekilas membuat Coldplay
terdengar seperti OneRepublic. Tapi secara umum ini masih merupakan lagu
milik Coldplay. Tumpuan utama adalah pada vokal Chris Martin yang
bernyanyi dengan sangat mengharu-biru perasaan. Sisi lirik yang lugas
mungkin terdengar banal justru tepat pada sasaran karena tanpa
embel-embel bahasa tinggi yang sulit dipahami.
Karena mayoritas Ghost Stories diisi
oleh lagu-lagu balada lirih, maka meski penggunaan elektronika tadi
terdengar masif, album terdengar perih kalau tidak mau disebut galau,
walau masih dalam ruang lingkup romantisme yang kental. Simak saja
track-track atmosperik seperti Oceans atau track penutup O, yang bisa
disebut sebagai salah satu lagu terbaik dalam album ini.
Dalam O, piano menjadi senjata utama
untuk membetot perasaan pendengar lagunya. Chris Martin bernyanyi dengan
lebih lempang, tidak selirih atau sesedih seperti pada beberapa lagu
sebelumnya. Namun tidak bisa dinafikan juga jika bagian chorus terdengar
begitu menyesakkan dada:
“Still I always
Look up to the sky
Pray before the dawn
‘Cause they fly away
One minute they arrive,
Next you know they’re gone
They fly on
Fly on”
Look up to the sky
Pray before the dawn
‘Cause they fly away
One minute they arrive,
Next you know they’re gone
They fly on
Fly on”
Ghost Stories dirilis setelah perpisahan
Chris Martin dengan aktris Gwyneth Paltrow yang sudah dinikahinya
selama 11 tahun. Bukan usia yang singkat. Tentunya banyak kenangan yang
tersemak di benak, sehingga perpisahan tersebut terasa berat. Dan apa
cara yang lebih efektif dalam menuangkan uneg-uneg bagi seorang musisi
selain dalam bentuk lagu?
Kehadiran Paul Epworth, yang sebelumnya
sukses dengan album-album “galau” milik Adele, sebagai salah satu
produser, mungkin menjadi penyebab Ghost Stories terdengar begitu gundah
dan personal. Akan tetapi ini juga berimbas positif, karena setelah Mylo Xyloto dan juga Viva la Vida or Death and All His Friends (2008) yang riuh dan kompleks, Coldplay justru kembali ke bentuk yang lebih personal dan intim, sebagaimana awal karir mereka.
Meskipun tentu saja secara materi dan konsep Ghost Stories sangat jauh berbeda dari Parachute atau A Rush of Blood to the Head
(2002) yang lebih kental dengan nuansa rock, album ini masih menandakan
kekuatan Coldplay sebagai salah satu musisi terdepan masa kini.
Evolusi mereka menuju ranah pop yang
lebih awam mungkin tidak bisa diterima secara mutlak oleh banyak
penggemar mereka. Namun setelah Mylo Xyloto, sudah seharusnya kita tidak usah heran lagi jika Coldplay goes more pop and pop-er. Apalagi mereka masih mengerjakan Ghost Stories dengan kualitas yang tidak perlu diragukan lagi.
Bagi yang suka sama coldplay bisa download album Ghost Stories di sini:
DOWNLOAD
Coldplay - O (instrument) mp4
Bagi yang suka sama coldplay bisa download album Ghost Stories di sini:
DOWNLOAD
Coldplay - O (instrument) mp4
Sumber : Creative Disc
